Kajian Milenial : Perayaan Tahun Baru



 

Naskah Materi Kajian
 “ Ada Apa Dengan Tahun Baru, Kupas Tuntas Tinjauan Syariat Terhadap Perayaan Tahun Baru “

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم

Jemaah yang insyaallah dirahmati Allah subhanahu wataala,

 

 

Alhamdulillah, puji syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya, kita bisa bersama-sama berkumpul di tempat mulia ini, di hari mulia, bersama dengan orang-orang yang insyaallah muliakan, orang-orang bertakwa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad  (ﷺ)


Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, tidak ada orang yang paling mulia di sisi Allah kecuali orang yang bertakwa. Taati perintah Allah, tinggalkan seluruh laranganNya. Jadikan Islam sebagai jalan hidup. Tinggalkan jalan setan yang mungkin indah dipandang, tapi menyesatkan.

Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya yang lurus. Maka dari itu Allah Ta’ala mewajibkan kepada para hambaNya, agar memohon hidayahNya di dalam shalat-shalat mereka


Pergantian tahun baru merupakan perkara yang sangat mendapatkan perhatian dikalangan kawula muda, bahkan merupakan perayaan masif di berbagai kalangan,tetapi jika kita telaah dengan baik maka kita mendapati bahwa perayaan ini bukanlah bagian dari islam

Diperayaan tahunan ini banyak kawula muda keluar rumah untuk berpesta pora, iktilat bercampur baurnya lawan jenis, banyaknya kemungkaran, merebaknya kefasikan serta kemudharatan di tengah masyarakat, akan tetapi kita patut bersyukur ada hikmh di tengah pandemi seperti ini, karena bnyaknya tempat berkumpul yang di tutup oleh pemerintah agar tidak main merebaknya virus corona

Meniup terompet saat malam pergantian tahun dari 2020 menjadi 2021, bukan pula tradisi seorang muslim sejati karena ia adalah tradisi yahudi pada perjanjian lama, serta menyalakan kembang api merupakan kebiasaaan dari kaum majusi penyembah api

Terlihat bahwa orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashrani serta selain mereka, begitu suka cita menggantungkan harapan-harapan mereka pada prosesi pergantian tahun

Pesta perayaan tahun baru ini memiliki sejarah yng panjng dan tidak kebanyakan orang-orang yang merayakannya tidak mengetahui kapan diadakan dan dalam rangka diadakan

Kegiatan ini diwariskan oleh bangsa romawi paganism penyembah para dewa, yang didedikasikan untuk dewa janus, dewa yang memiliki 2 wajah, masa lalu dan masa akan datang

Perayaan ini tepatnya pada era pemerintahan julius saecar pada masa kekaisaran romawi 1 januari 45 SM

Julius Caesar dan Senat Romawi kemudian memutuskan tanggal 1 Januari sebagai hari pertama dalam penaggalan mreka. Dan  Istilah Januari diambil dari nama salah satu dewa dalam mitologi bangsa Romawi, yakni Dewa Janus.

Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” in Mélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400)

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.

Bulan Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari dimana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember,

Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.

Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru.


Maka dari sini kita bisa definisikan secara ringkas bahwa tahun baru adalah perayaan orang-orang kafir,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru kebiasaan orang kafir. Beliau bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud)


Hari raya suatu agama merupakan doktrin keyakinan yang dimana ada unsur2 kepercayaan mereka,

 

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,

قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر

Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).

Nairuz adalah hari di awal tahun baru masehi (syamsiyyah) versi peribadatan Majusi, sedangkan Mihrajan hari raya 6 bulan setelahnya yang kedua perayaan ini diikuti oleh penduduk madinah.


Kebiasaan orang-orang Madinah pada waktu itu mereka memiliki hari bersenang2 dan makan2 tidak ada kaitannya dengan ritual, akan tetapi telah ditegaskan oleh nabi Muhammad 
 (ﷺ) agar meninggalkannya dan telah digantikan oelh Allah dengn idul fitri dan idul adha

 

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,

لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

“Dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua hari di setiap tahun yang malan mereka biasa bersenang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau bersabda,

Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang lebih baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.”[1]

Sahabat ‘Abdullaah bin ‘Amr radhiallaahu ‘anhuma berkata,

َْ ََ ِ ِﻼﺩِ ﺍﻷََﺎﺟِِ، ََََ َُْﻭﺯَُْ َََِْﺎﻧَُْ َََََّ ِِْ، ََّ َُﻮﺕَ، ََُ َََِ َُِ ََُْ ََْ ﺍﻟَِْﺎﻣَِ

“Barangsiapa yang membangun negeri-negeri kaum ‘ajam (negeri kafir), meramaikan hari raya Nairuz dan Mihrajan (perayaan tahun baru mereka), serta meniru-niru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”[2]



 

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:


لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ



Artinya: "Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah 
 (ﷺ), Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab, Selain mereka lantas siapa lagi?" (HR. Bukhari No. 7319).

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ ».

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)

An Nawawi -rahimahullah- ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziro’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”(Syarh Shahih Muslim, 16: 220)

 

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا


"Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS al-Furqan : 72)

Adapun Jum’at, maka termasuk hari raya kaum muslimin yang berulang-ulang dalam tiap pekannya. Sehingga dengannya telah cukup bagi kita dan tidak mencari hari-hari perayaan lainnya.

Dalîl hal ini adalah, sabda Nabî yang mulia Shallâllâhu ’alahi wa Sallam :

أضل الله عن الجمعة من كان قبلنا ، فكان لليهود يوم السبت، وكان للنصارى يوم الأحد فجاء الله بنا، فهدانا الله ليوم الجمعة، فجعل الجمعة والسبت والأحد ، وكذلك هم تبع لنا يوم القيامة، نحن الآخرون من أهل الدنيا ، والأولون يوم القيامة، المقتضي لهم

”Alloh simpangkan dari hari Jum’at umat sebelum kita, dahulu Yahudi memiliki (hari agung) pada hari Sabtu dan Nashrani pada hari Ahad. Kemudian Allôh datangkan kita dan Alloh anugerahi kita dengan hari Jum’at, lantas Alloh jadikan hari Jum’at, Sabtu dan Ahad. Demikianlah, mereka adalah kaum yang akan mengekor kepada kita pada hari kiamat sedangkan kita adalah umat yang terakhir dari para penduduk dunia namun umat yang awal pada hari kiamat, yang diadili (pertama kali) sebelum makhluk-makhluk lainnya. [HR Muslim]

Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة فليغتسل
Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia mandi…” [HR Ibnu Majah dalam Shahih at-Targhib I/298].

 

 

3 kriteria malam tahun baru dilarang

Pertama, Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah umat non muslim.

Kedua, Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai non muslim.

Ketiga, Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat.

Beberapa kerusakan akibat seorang muslim merayakan tahun baru.

1.        Mengikuti perayaan mereka

2.      Tasyabbuh dengan ibadah mereka

3.       Melakukan amalan yang tidak dicontohkan oleh agama

4.     Terjerumus dalam Perkara - perkara haram

5.       Mengucapkan selamat atau ibadah batil mereka

6.      Melalaikan ibadah wajib

7.      Menyia-nyiakan waktu dengan perkara yang melalaikan

8.      Terjerumus dalam jurang kemaksiatan dan perzinahan

9.      Pemborosan dimana-mana

10. Begadang sepanjang malam

 

Dalam surah Al-Fatihah disebutkan,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah dalam Tafsir Jalalain menerangkan ayat di atas, “Orang-orang yang mendapatkan hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan orang-orang Nasrani.” Lihat Tafsir Jalalain, hlm. 10.

Kalau mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak mendapatkan hidayah, kenapa sampai perayaan mereka diikuti oleh umat Islam

Tahukah Anda bahwa kalender masehi adalah syi’ar agama nasrani ?

dari asal penyebutan kata “masehi”, penisbatan kepada Nabi ‘Isa  ‘alaihis salam karena awal perhitungan penanggalan ini diambil dari tahun lahirnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam


Tahukah Anda Sebagian besar nama-nama Bulan dalam Kalender Masehi Diambil dari Nama Berhala-Berhala Romawi dan Kaisar-Kaisarnya?

Berikut asal pengambilan nama-nama bulan dalam  kalender masehi:

1.        Januari diambil dari Janus (dewa permulaan dan akhir bangsa Romawi ada yang mengatakan dewa matahari).

2.      Februari diambil dari februus (dewa kematian dan pemurnian Romawi )

3.       Maret diambil dari mars (dewa perang romawi) . awalnya bangsa romamawi hnya memiliki 10 bulan sebelum ditambhkan oleh Julius Caesar januari dan februari didepan maret

4.     April diambil dari aperire yang artinya membuka. Bulan April (aprilis) dalam kalender romawi merupakan penghormatan untuk dewi venus, dewa cinta dan keindahan. Kata april diambil dari nama venus dalam bahasa yunani yaitu aphrodite (Aphros).

5.       Mei diambil dari maia maiestas (dewi romawi ,dewi kelahiran dan perkembangbiakan keturunan, dewi kesuburan).

6.      Juni diambil dari juno (dewi romawi, istri jupiter (mitologi), ada yang mengatakan dewi bulan).

7.      Juli diambil dari julius caesar (diktator romawi).

8.      Agustus diambil dari octavianus agustus (kaisar romawi pertama).

9.      September septem yang berarti "tujuh" dahulu ketika maret menjadi awal bulan

10. Oktober Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Octo, yang berarti delapan

11.    November diambil dari bhasa belanda yang diambil dari bahasa latin novem yang berarti "sembilan"

12.  Desember, decem bulan ke 10, Bulan ini memiliki 31 hari. Dibulan inilah diyakini lahirnya Dewa Matahari (25 Dec) yang kemudian diadopsi oleh Kristen menjadi perayaan gereja, yakni Natal Yesus Kristus.

(Sumber: artikel Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid di http://www.saaid.net/mktarat/aayadalkoffar/55.htm & http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_gregorius).

10 bulan dalam kalender Romawi Kuno itu yaitu :
1. Martius (Maret)
2. Aparailis ( April )
3. Maius ( Mei)
4. Junius ( Juni)
5. Quintilis ( Juli)
6. Sextilis (Agustus)
7. September (September)
8. October (oktober)
9. November (Nopember)
10.December (Desember)

Seperti halnya pemberian nama bulan yang didasarkan pada nama dewa-dewa, maka pemberian nama hari dalam bahasa Inggris juga diambil dari nama-nama dewa.

Sunday < Sun's day = Hari penyembahan dewa matahari.
Monday < Moon's day = Hari penyembahan dewi bulan
Tuesday < Tiw's day = Hari penyembahan dewa tiw, atau tiwes, atau teves.
Wednesday < Woden's day = Hari penyembahan dewa woden, atau wooden. woden = oden atau odin (dewa kayu/tumbuhan).
Thursday < Thor's day = Hari penyembahan dewa thor.
Friday < Friy's day = Hari penyembahan dewa friyy, atau frigg, atau frigid.
Saturday < Saturn's day = Hari penyembahan dewa saturnus.

Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasar-kan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu, sehingga lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”

http://sultanconan.blogspot.com/2015/05/sejarah-penanggalan-masehi-nama-bulan.html

Berbeda dengan Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Umar bin Khatab, yg menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah  (ﷺ) (ditemani Abu Bakar) dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29 - 30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman ALLAH 
 

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At Taubah(9):36).
 
1. Muharram.
Artinya, yg diharamkan atau menjadi pantangan. Di bulan Muharram, dilarang untuk berperang.
2. Shafar.
Artinya, kosong. Di bulan ini, lelaki Arab pergi untuk merantau atau berperang.
3. Rabi’ul Awal
artinya masa kembalinya kaum lelaki yg merantau (shafar).
4. Rabi’ul Akhir,
artinya akhir masa menetapnya kaum lelaki.
5. Jumadil Awal
artinya awal kekeringan. Maksudnya, mulai terjadi musim kering.
6. Jumadil Akhir,
artinya akhir kekeringan. Dengan demikian, musim kering berakhir.
7. Rajab,
artinya mulia. Jaman dulu, bangsa Arab sangat memuliakan bulan ini.
8. Sya’ban,
artinya berkelompok. Biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah.
9. Ramadhan,
artinya sangat panas. Bulan yg memanggang (membakar) dosa, karena di bulan ini kaum Mukmin diharuskan berpuasa/shaum sebulan penuh.
10. Syawwal,
artinya kebahagiaan.
11. Zulqaidah,
artinya waktu istirahat bagi kaum lelaki Arab.
12. Zulhijjah,
artinya yg menuaikan haji


sumber: http://masih-tidaknyata.blogspot.co.id/2013/01/12-asal-usul-nama-bulan-masehi-dan.html?m=1

Tahukah Anda Bahwa Menggunakan Kalender Masehi dan Meninggalkan Kalender Hijriyyah Hakikatnya Bentuk Penjajahan Karakter Kaum Muslimin?

Sesungguhnya kaum muslimin -sejak dicanangkannya kalender Hijriyyah oleh Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu- telah menggunakan kalender Hijriyah, namun penjajahan kuffar terhadap kaum musliminlah yang menyebabkan banyak dari mereka lupa dengan kalender mereka sendiri (kalender Hijriyah).

Ketika banyak kaum muslimin yang lupa dengan kalender mereka sendiri (kalender Hijriyah) dan menggantinya dengan kalender masehi, maka lunturlah bagian besar jati diri dan karakter khas mereka


renungan dan urgensi waktu

 

kehidupan bergulir tanpa kita sadari, memakan modal utama kita dan akan menorehkan hasil dari apa yang kita lakukan didalamnya, manakala ia terlewatkan maka terlewatlah sudah sebagian dari umur kita, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, haruslahsenantiasa kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat serta amal sholeh

 

Allâh Ta’ala telah bersumpah dengan menyebut masa dalam firman-Nya:

 

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. [al-‘Ashr/103:1-3].


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].


Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

 اِبْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ

 بَعْضُك

 

Wahai Ibnu Adam (manusia), kamu itu hanyalah (kumpulan) hari-hari, tiap-tiap satu hari berlalu, hilang sebagian dirimu.


Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu berkata:

إِنَّ لِلَّهِ حَقًّا بِالنَّهَارِ لَا يَقْبَلُهُ بِاللَّيْلِ، وَلِلَّهِ حَقٌّ بِاللَّيْلِ لَا يَقْبَلُهُ بِالنَّهَارِ

Sesungguhnya Allâh memiliki hak pada waktu siang, Dia tidak akan menerimanya di waktu malam. Dan Allâh juga memiliki hak pada waktu malam, Dia tidak akan menerimanya di waktu siang. [Riwayat Ibnu Abi Syaibah, no. 37056].

Penyebab perbedaan keadaan manusia dalam menyikapi waktu,

1. tidak menetapkan tujuan hidup.

2. bodoh terhadap nilai waktu

3. lemahnya tekad dan azzam

Imam al-Syafi’i pernah mengatakan: “Jika Anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran, maka ia (waktu) akan menyibukkan Anda dengan kebatilan.”

Bagaimana belajar memangemen waktu? Bagi awam dan pelajar pemula, para ulama’ memberi petunjuk sederhana, yaitu mendisplinkan shalat tepat pada waktunya. Sesungguhnya amal ibadah yang efektif dalam mendidik disiplin waktu itu shalat jama’ah tepat pada waktunya.

Rasulullah  (ﷺ)  pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya;


اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi).

Kata-kata mutiara

Waktu itu terbatas dan karenanya berharga, maka jangan disia-siakan. Justru, manfaatkan waktu yang ada untuk membangun kehidupan akhiratmu.

Ketika setan tidak berhasil membuatmu melakukan perbuatan dosa, maka dia akan membuatmu sibuk membuang-buang waktu.

Setelah ia pergi, baru kamu menyadari betapa ia sangat berarti

“Waktu itu seperti pedang. Jika engkau membunuhnya, maka beruntunglah. Jika tidak, maka dia yang akan membunuhmu.” (Imam Syafi’i)

Imam Syafi’i mengumpakamannya waktu itu seperti pedang. Pedang jika digunakan dengan baik, maka akan membuat pemiliknya selamat. Akan tetapi, jika tidak digunakan dengan baik, bisa saja pedang itu malah membuatnya terbunuh.

Anda mungkin menunda, namun waktu tidak."

"Lebih baik datang 3 jam lebih awal daripada terlambat 1 menit."

"Satu-satunya hal yang menjadi milik kita sepenuhnya adalah waktu; bahkan seseorang yang tidak memiliki apapun pasti memiliki waktu.

"Kerugian materi dapat digantikan dengan industri, kerugian pengetahuan dengan belajar, kehilangan kesehatan dengan kendali diri sendiri atau obat-obatan, namun waktu yang kita lewati akan hilang selamanya."

"Berubahlah ketika kamu masih punya waktu, karena mungkin akan tiba saat dimana kamu ingin berubah, waktu tak lagi kau punya."

"Orang yang selalu tepat waktu akan mampu mencapai kesuksesan lebih cepat dibandingkan dengan orang yang tak pernah bisa on time

"Waktu adalah modal utama. Maka berbahagialah bagi siapaun yang pandai mengatur dan memanfaatkan waktu.

"Setiap orang semua sama, memiliki 24 jam dalam satu hari. kesuksesan ditentukan oleh seberapa baiknya anda memanfaatkan waktu Anda."

Pepatah Arab juga menyebutkan waku itu penting:

اَلْوَقْتُ أَنْفَاسٌ لَا تَعُوْدُ

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”


Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

ﻣَﺎ ﻧَﺪِﻣْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﻧَﺪَﻣِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﻮْﻡٍ ﻏَﺮَﺑَﺖْ ﴰَﺴْﻪُ ﻧَﻘَﺺَ ﻓِﻴْﻪِ ﺃَﺟَﻠِﻲ ﻭَﱂَ ﻳَﺰِﺩْ ﻓِﻴْﻪِ ﻋَﻤَﻠِﻲ

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”



 

 

 




 

 

 

 



 




 


0 Comments

Posting Komentar